MENGENAL LEBIH DEKAT KANKER OVARIUM
Oleh: Ns. Dwi Fitriyanti, M. Kep – Dosen S-1 Keperawtaan STIKES Telogorejo Semarang
Ovarium atau indung telur merupakan sepasang kelenjar yang bentuknya mirip kacang almond yang terletak pada kedua sisi uterus dan di bawah bukaan tuba falopi. Tuba falopi sendiri adalah saluran yang membawa sel telur yang telah dibuahi menuju rahim. Selain memproduksi sel telur (ovum), ovarium juga memproduksi hormon wanita yang kita kenal sebagai estrogen dan progesterone.
Apa sih Kangker Ovarium ?
Kanker ovarium adalah jenis kanker yang berkembang di dalam, sekitar atau luar lapisan ovarium. Kanker indung telur (ovarium) merupakan keganasan organ reproduksi perempuan. Kanker ini merupakan jenis kanker tersering kedua dari seluruh kanker ginekologis di dunia dan merupakan jenis kanker terbanyak ketiga yang diderita wanita di Indonesia.
Pada tahun 2020, terdapat sekitar 21.750 kasus baru kanker ovarium, yang merupakan 1,2% dari seluruh kasus kanker. Perkiraan jumlah kematian terkait dengan itu adalah 13.940. Tingkat kelangsungan hidup relatif 5 tahun diharapkan menjadi 48,6%. Sekitar 15,7% kasus kanker ovarium didiagnosis pada stadium lokal, dan sekitar 58% pada stadium metastasis, di mana kelangsungan hidup 5 tahun turun menjadi 30,2%, bukan 92,6% jika penyebaran lokal terdeteksi pada stadium awal. Sembilan puluh persen kanker ovarium paling umum adalah epitel, dengan subtipe serosa.
Faktor Risiko yang Perlu Diketahui
Penyebab kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Ada berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan kanker ovarium yaitu:
- Wanita pasca menopause
Ini sebagian besar mempengaruhi wanita pascamenopause, di mana bertambahnya usia dikaitkan dengan peningkatan kejadian kanker ovarium, stadium lanjut penyakit ini, dan tingkat kelangsungan hidup yang dilaporkan lebih rendah.
- Paritas
Paritas atau jarak kehamilan kurang dari 2 tahun memiliki peran penyebab kanker ovarium.
- Genetik atau keturunan
Faktor risiko terkuat kanker ovarium adalah riwayat keluarga positif kanker payudara, kanker ovarium maupun kanker serviks,
- Merokok
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko merokok, terutama risiko tumor epitel musinosa diyakini menjadi factor resiko terjadinya kanker ovarium.
- Factor reproduksi dan hormonal
Faktor reproduksi dan hormonal keduanya diduga menjadi faktor terjadinya kanker ovarium, menghubungkan pengaruh gonadotropin yaitu LH dan FSH, paparan terus menerus ovarium dengan gonadotropin dan peningkatan kadar estradiol memungkinkan karsinogenik.
- Obesitas atau kegemukan
Indeks massa tubuh atau obesitas, review sistematik mendapat kenaikan risiko kanker ovarium pada wanita dengan BMI >/ 40 kg/m2
Kanker ovarium memiliki pertumbuhan yang cepat, tahapan awal biasanya tidak bergejala, dan ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, umumnya lebih dari 60% penderita didiagnosis setelah berada dalam keadaan lanjut. Gejala dan tanda klinis yang biasa dijumpai adalah pembesaran perut, terdapat massa di dalam rongga perut atau pelvis, gejala gangguan pencernaan makanan (dispepsia), gangguan buang air kecil dan besar, gangguan haid, gejala penekanan rongga perut berupa: rasa mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri perut dan terasa penuh pada perut sehingga merasa cepat kenyang.
Bagaimana melakukan pecegahan kanker ovarium?
Pencegahan penyakit kanker dapat dilakukan dengan menurunkan berbagai risikonya. Berikut ini cara untuk mencegah kanker ovarium adalah:
- Mengonsumsi pil KB kombinasi
- Tidak menggunakan terapi penggantian hormon
- Tidak merokok
- Menerapkan pola hidup sehat
- Menjaga berat badan ideal
- Atur jarak kehamilan lebih dari 2 tahun
Bagimana skrining awal kanker ovarium?
Skrining kanker ovarium sangatlah penting untuk deteksi awal, karena seringkali pasien datang sudah stadium lanjut atau suudah mengalami metastase organ lain. Selain perlu mengenali tanda gejala yang muncul untuk antisipasi terhadap kanker ovarium. Dasar biologis untuk skrining adalah kelangsungan hidup dari penderita kanker ovarium berhubungan dengan stadium saat diagnosis.
- Penanda tumor CA 125 salah satu tes skrining noninvasif, mudah dilakukan, pilihan potensial pada pembawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA 2
- Melakukan cek berkala seperti pemeriksaan panggul rutin setahun sekali. Pemeriksaan lanjutan dilakukan bila dokter menduga seseorang menderita kanker ovarium
- USG abdomen, CT Scan atau MRI (jika diperlukan)
- Tes darah dengan cek CA 125 (marker kanker ovarium)
- Biopsi (sampel jaringan ovarium di periksa untuk mengetahui ada keganasan atau tidak)
- Protein human epididymis 4(HE4) memiliki sensitivitas yang sama dengan CA 125 tetapi pemeriksaan HE4 digunakan untuk monitoring kekambuhan atau pregresivitas kanker ovarium
Kenali lebih dekat dan cegah kanker ovarium. Hidup sehat dan produktif untuk kualitas hidup lebih baik