YUK! KENALI FAKTOR RESIKO KANKER SERVIKS
Disusun Oleh Ns. Dwi Fitriyanti, M.Kep. ( Dosen S-1 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang )
Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada wanita yang banyak menyebabkan kematian. Berdasarkan data Kemenkes tahun 2019, terdapat kasus kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Sementara itu, berdasarkan data Globocan pada tahun 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kasus baru kanker, dengan 234.511 kematian akibat kanker. Kematian akibat kanker diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada tahun 2030 jika tidak segera diantisipasi mulai sekarang.
Penyakit kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dengan liang senggama (vagina). Penyebab utama kanker serviks adalah human papiloma virus (HPV). Agar kanker serviks dapat ditemukan pada stadium dini serta mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat untuk memberikan kesembuhan dan harapan hidup yang lebih lama, maka perlu adanya tindakan pencegahan dan deteksi dini kanker serviks yang meliputi pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Pap smear. Pada umumnya kanker serviks baru menunjukkan gejala setelah tahap kronis dan sulit untuk disembuhkan. Oleh karena itu, perlu mengetahui faktor resiko kanker serviks untuk pencegahan tahap awal.
Berikut merupakan faktor resiko terjadinya kanker serviks:
- Melakukan hubungan seksual di usia kurang dari 20 tahun
Usia pertama kali melakukan hubungan seks <20 tahun memiliki peluang berisiko 3,8 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan usia pertama kali melakukan hubungan seks ≥20 tahun. Menikah usia dini merupakan masalah kesehatan reproduksi, karena semakin muda umur menikah semakin panjang rentang waktu untuk bereproduksi. Ketidakmatangan serviks secara biologis pada usia muda dapat menjadi faktor risiko terhadap kerentanan HPV dan sering terjadi setelah terjadinya hubungan seks yang pertama.
- Jumlah kehamilan lebih dari 3 orang anak
paritas atau jarak kehamilan memiliki peluang berisiko 3,8 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan paritas ≤3 orang anak. Wanita yang pernah hamil selama 9 bulan sebanyak lebih dari 3 kali berisiko terkena kanker serviks lebih tinggi. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan hormonal selama kehamilan yang berpotensi membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi HPV serta menurunnya daya tahan tubuh selama kehamilan juga memungkinkan adanya infeksi HPV dan pertumbuhan kanker.
- Berganti ganti pasangan
Berganti ganti pasangan dalam berhubungan seks dapat pengaruh terhadap kejadian kanker serviks. Hal ini menunjukkan bahwa faktor berganti-ganti pasangan seksual mempunyai resiko 2,4 kali menderita kanker seviks. Kanker serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang banyak akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Karena sel kolumnar (lappisan sel) serviks lebih peka terhadap metaplasia (perubahan sel) selama usia dewasa. Proses metaplasia sel skuamosa (sel yang melapisi bagian luar leher rahim) meningkat sehingga berisiko terjadinya transformasi yag kemudian menjadi neoplasia intraepitel cerviks (tanda kanker mulai muncul pada serviks).
- Penggunaan pembersih vagina
Penggunaan pembersih vagina memiliki peluang berisiko 2,8 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak menggunakan pembersih vagina. Vagina yang sehat mengandung bakteri Lactobacillus, yang merupakan bakteri baik untuk menjaga keasaman vagina agar kuman tak mudah menginfeksi. Kebiasaan menggunakan cairan vagina (douching) akan memberantas bakteri Lactobacillus tersebut, sehingga vagina lebih rentan mengalami infeksi. Penelitian yang dilakukan Neuman pada tahun 2012 di Utah, Amerika Serikat menyatakan bahwa douching setidaknya seminggu sekali lebih berisiko empat kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak. Cairan pembersih vagina/ douching yang beredar dipasaran berisi air dan campuran bahan seperti cuka, baking soda atau iudium yang dapat enganggu keasaman vagina.
- Kontrasepsi hormonal
Penggunaan kontrasepsi oral >5 tahun memiliki peluang berisiko 1,4 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan penggunaan ≤5 tahun. Penggunaan kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon salah satunya yaitu progesteron, hormon ini berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi. Namun, hormon ini juga mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal yaitu penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan naik. Sedangkan, salah satu sifat lemak adalah sulit bereaksi atau berikatan dengan air, sehingga organ yang mengandung banyak lemak cenderung mempunyai kandungan air yang sedikit/ kering, kondisi ini juga dapat terjadi pada daerah vagina, sehingga vagina menjadi kering, dan menyebabkan rasa sakit (dispareuni) saat melakukan hubungan seksual, dan jika kondisi ini berlangsung lama maka akan menimbulkan penurunan gairah serta disfungsi seksual pada wanita, serta keadaan ini dapat memicu terpaparnya oleh virus HPV akibat adanya iritasi pada daerah vagina.
- Riwayat HIV/AIDS,
Riwayat penyakit HIV/ AIDS terhadap kejadian kanker serviks. Virus yang menyebabkan AIDS, merusak sistem kekebalan tubuh dan menempatkan perempuan pada risiko lebih tinggi untuk infeksi HPV. Sistem kekebalan tubuh penting dalam menghancurkan sel kanker dan memperlambat pertumbuhan dan penyebarannya. Pada wanita dengan HIV, pra-kanker serviks dapat berkembang menjadi kanker invasif lebih cepat dari yang seharusnya.
- Riwayat keluarga dengan kanker
Riwayat keluarga dengan kanker berpeluang 6 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker. Beberapa peneliti menduga bahwa beberapa kasus disebabkan oleh kondisi warisan genetik yang membuat beberapa wanita kurang mampu melawan infeksi HPV daripada yang lain. Dalam kasus lain, wanita dari keluarga yang sama dengan pasien yang sudah didiagnosis bisa lebih mungkin memiliki satu atau lebih faktor risiko non-genetik lainnya.
Cegah kanker serviks mulai dari sekarang!