UPAYA PENANGANAN DENGAN METODE PEACE & LOVE PADA CEDERA OTOT GASTROCNEMIUS
Disusun Oleh : Mianti Nurrizky Sutejo,S.Fis.,M.P.H Dosen S-1 Fisioterapi STIKES Telogorejo Semarang
Kaki merupakan alat gerak bagian bawah yang mempunyai peran penting untuk melakukan aktivitas sehari hari. Bahkan hampir 70% aktivitas yang kita lakukan sering kali dilakukan oleh anggota ekstremitas bawah. Maka apa yang terjadi jika secara tiba-tiba bagian kaki kita terasa mendadak seperti tersengat lebah pada bagian otot betis ( Gastrocnemius muscle ) yang menyebabkan nyeri yang sangat hebat? Tentu nya aktivitas kita akan terhambat salah satunya aktivitas berjalan. Cedera yang terjadi pada otot betis sering kali dijumpai di kalangan masyarakat misalkan para atlet, atau seseorang yang sedang melakukan olahraga, hal tersebut maka tidak bisa terhindari hari cedera tersebut.
Beberapa cedera bisa terjadi pada saat masyarakat melakukan aktivitas fisik. Misalkan cedera saat melakukan olahraga, hal tersebut mungkin sangat sering dijumpai di kalangan masyarakat, dengan kurangnya durasi peregangan pada tubuh yang dilakukan maka akan menimbulkan cedera ringan sampai cedera barat yang akan menyebabkan terganggunya fungsional dari anggota gerak tubuh kita. Oleh hal itu perlunya kita mengetahui intensitas, dan durasi yang tepat dan jenis peregangan agar tidak menimbulkan daya otot menjadi kaget dan akhirnya menyebabkan ketegangan pada otot yang sering kita sebut sebagai kram.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan cedera pada otot betis yaitu :
- Kurang melakukan pemanasan saat berolahraga
- Kurang melakukan aktivitas fisik
- Kurang melakukan Latihan peregangan pada anggota tubuh gerak
Pada hal ini fisioterapi memiliki peranan dalam memberikan penanganan terhadap cedera yang terjadi, baik dalam kondisi cedera akut maupun kondisi kronis. Masing- masing cedera yang terjadi tentu memiliki beberapa penanganan berbeda sesuai dengan lama waktu cedera, perubahan kondisi fisik , dan dampak yang ditimbulkan dari cedera tersebut. Penanganan fisioterapi yang sedang ramai di bicarakan yaitu penanganan PEACE & LOVE. Penanganan ini fisioterapis berasal Italia yaitu Blaise dan Jean – Francous Esculier, sehingga tidak berhenti di fase healing atau perbaikan jaringan saja akan tetapi juga memperhatikan aspek pemulihan cedera. di fase pemugaran jaringan menggunakan prinsip PEACE, sedangkan pemulihan menggunakan prinsip LOVE.
P – Protection ( Proteksi )
Hindari tumpuan dan batasi selama 1 – 3 hari setelah cedera untuk meminimalisir perdarahan yang memperburuk penyembuhan jaringan. Istirahat juga harus diminimalisir dan dibatasi karena terlalu lama beristirahat dapat merugikan kekuatan dan kualitas jaringan.
E – Elevation ( Elevasi )
Mengangkat bagian tubuh yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung sesering mungkin yang bisa dilakukan. Meskipun belum ada bukti yang kuat yang mendukung elevasi ini, namun masih direkomendasikan karena jika dinilai untung-ruginya, tidak memberikan resiko yang tinggi yang berdampak buruk.
A – Avoid Anti Inflamatory ( Hindari Anti Inflamasi )
Hindari penggunaan obat anti inflamasi dan kompres es. Meskipun masih banyak digunakan, namun belum ada bukti yang berkualitas yang menunjukkan efektifitas es dan obat anti inflamasi dalam penyembuhan jaringan lunak. Studi terkini lebih banyak mengkritisi penggunaan es dalam pengobatan cedera akut, dimana penggunaan es dapat mengganggu peredaran darah yang mengangkut zat-zat alami penting dalam penyembuhan jaringan. Sedangkan obat anti inflamasi, jika digunakan secara berlebihan, akan mengganggu regenerasi jaringan lunak.
C – Compression ( Kompresi )
Gunakan elastic bandage atau kinesiotape untuk mengurangi pembengkakakan.
Meskipun masih dalam perdebatan namun kompresi seteleh cedera ankle dapat mengurangi pembengkakan sendi dan perdarahan jaringan.
E – Education ( Edukasi )
Berikan edukasi kepada pasien untuk terlibat aktif dalam pemulihan dan hindari penggunaan modalitas pasif (elektoterapi, manual terapi atau akupuntur ) secara berlebihan.
Edukasi tentang nyeri dan fase pemulihan jaringan juga dapat menghindari efek nocebo yang seringkali berujung overtreatment, baik penggunaan obat dan injeksi yang berlebihan atau tindakan operasi yang bisa dicegah.
Kemudian dilanjutkan dengan istilah LOVE
L – Loading ( Pembebanan )
Lakukan pembebanan secara bertahap dengan menggunakan toleransi nyeri sebagai petunjuk dosis. Pendekatan aktif dengan gerakan dan latihan berdampak positif bagi pasien dengan gangguan muskuloskeletal. Pembebanan dan gerakan harus dilakukan sesegera mungkin setelah kondisi memungkinkan. Pembebanan yang optimal tanpa menimbulkan nyeri dapat membantu proses penyembuhan, remodeling jaringan dan membangun toleransi dan kapasitas tendon, otot dan ligamen.
O – Optimism ( Optimis )
Kondisikan pikiran untuk senantiasa positif dan percaya diri. Otak memainkan peranan penting dalam proses pemulihan. Faktor psikis negatif seperti ketakutan, kecemasan dan depresi dapat menghambat pemulihan secara signifikan. Karena pesimisme akan memperburuk dan memperlambat proses pemulihan, maka klinisi harus memberikan motivasi optimisme asal masih dalam kerangka realistis.
V – Vascularisation ( Vaskularisasi )
Lakukan latihan kardiovaskuler untuk memperlancar perdaran darah.
Aktivitas fisik termasuk komponen kardiovaskuler yang penting dalam pemulihan cedera muskuloskeletal, meskipun masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, berapa hari setelah cedera sebaiknya latihan fisik mulai dilakukan untuk memperlancar aliran darah ke jaringan yang cedera.
E – Exercise ( Latihan )
Lakukan latihan seperti strenghtening, stretching, dan propioception untuk pemulihan. Latihan akan membantu memulihkan mobilitas, kekuatan dan proprioception setelah cedera.
Proses penanganan tersebut pula memberikan jumplah prognosis yang cukup baik untuk penanganan pada proses cedera tersebut. Oleh sebab itu pentingnya menjaga peregangan pada tubuh sebelum melakukan aktivitas fisik maupun olahraga menjadi point sangat penting untuk meminimalisir terjadinya cedera pada anggota gerak.