RESIKO JATUH PADA LANSIA
Disusun Oleh : Ns. Siti Juwariyah, M.KepĀ Dosen D3 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
Menua atau menjadi tua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita.
Tubuh memiliki mekanisme untuk mempertahankan postur tetap tegak saat duduk, berdiri atau pun beraktifitas. Berjalan bukan proses yang secara otomotis. Tetapi Berjalan membutuhkan integrasi dari semua sensorik posisi tubuh terhadap sekeliling dan kemampuan memberikan respons motorik untuk mengontrol pergerakan. Berjalan membutuhkan kontrol keseimbangan yang baik seperti bangkit dari kursi, berputar arah ketika berjalan dan naik turun tangga.
Kejadian jatuh pada lanjut usia sangat berdampak serius mulai dari cedera ringan hingga mengaalami kecacatan dan disabilitas. Menurut penelitian Nugraha S (2019), lansia yang menderita penyakit degeneratif lebih dari satu berisiko mengalami jatuh 2 kali di bandingkan lansia yang tidak mengalami penyakit tersebut.
Apa Dampak Pasien Geriatik Setelah Jatuh ?
Cedera yang dialami oleh pasien geriatrik setelah jatuh memiliki dampak yang buruk yaitu membentuk disabilitas, menyebabkan ketergantungan dengan orang lain dan meningkatkan mortalitas. Oleh karena itu, setiap pasien jatuh memerlukan pemeriksaan menyeluruh yang mencakup analisa faktor resiko yang perlu di modifikasi.
Beberapa hal lain yang menjadi faktor resiko jatuh adalah adanya nyeri hebat dan penyakit kronis, dimana pada wanita penyebab yang sering ditemukan adalah inkontinensia dan kerapuhan, sedangkan pada pria seringkali ditemukan faktor depresi, usia yang lebih tua, dan keseimbangan yang buruk.
Intervensi olahraga merupakan intervensi yang sudah sering digunakan dan diteliti. Terdapat enam kategori untuk intervensi olahraga yaitu; latihan gait dan keseimbangan, latihan kekuatan (strength training), fleksibilitas, gerakan seperti tai chi atau menari, aktivitas fisik umum dan stamina (endurance). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa latihan olahraga menurunkan jumlah jatuh dan resiko jatuh.
Intervensi multifaktorial memiliki jangkauan yang luas, yang menganalisa berbagai komponen komprehensif seperti keseimbangan, gait, penglihatan, kesehatan kardiovaskular, pengobatan, lingkungan, fungsi kognitif, dan kesehatan psikologis. Tata laksana yang diberikan sesuai dengan analisis faktor risiko per individual, tatalaksana multifaktorial ini dapat mencakup olah raga, intervensi psikologis, terapi nutrisi, edukasi, pemberian pengobatan, tatalaksana inkontinensia urin, modifikasi lingkungan, dan rujukan ke berbagai terapis atau dokter spesialis.
Berbeda dengan intervensi olahraga dan intervensi multifaktorial, rekomendasi terbaru mengenai vitamin D sangat berubah dengan tahun-tahun sebelumnya. Hasil- hasil penelitian yang ditemukan mengenai asosiasi vitamin D dan jatuh inkonsisten. Dari 7 penelitian heterogen, satu uji klinis menemukan dosis tinggi vitamin D meningkatkan jumlah jatuh dan cidera, satu uji klinis lain menunjukkan pengurangan frekuensi jatuh, dan uji klinis lainnya tidak menemukan hasil yang signifikan.
Tanda-tanda lansia beresiko jatuh memilik tanda-tanda beberapa seperti gangguan pola berjalan dengan diseret, menghendak, berayun, gangguan pendengaran atu penglihatan, vertigo, mudah pusing atau pingsan pada posisi tegak, buang air kecil atau besar yang tidak terkontrol, delirium atau kebingungan terhadap kondisi sekitar, konsumsi obat-obat berisiko tinggi, riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan terakhir, usia 70 tahun ke atas.
Tips untuk mencegah jatuh perlu diantisipasi dengan beberapa tindakan sebagai berikut :
- Menggunakan alas kaki yang tidak licin
- Menjaga lantai agar tidak licin atau basah
- Menggunakan alas pijakan karet di kamar mandi.
Yuk Lansia harus aktif dan produktif.