Pentingnya Pijat Perineum bagi Ibu Hamil, Jangan Berpikir Negatif Dulu
Oleh Nella Vallen Ika Puspita
Dosen STIKES Telogorejo Semarang
JANGAN suka ngeres apabila mendengar kata pijat, apalagi di daerah perineum. Pada proses persalinan, organ reproduksi wanita khususnya perineum akan mengalami peregangan. Proses peregangan inilah yang tak lepas dari terjadinya robekan atau disebut ruptur perineum. Perineum dapat robek ketika melahirkan atau secara sengaja digunting guna melebarkan jalan keluar bayi atau episiotomi.
Sebanyak 85% wanita melahirkan pervaginam dapat mengalami ruptur perineum. Salah satu ketakutan yang sering dirasakan oleh ibu hamil terutama trimester III adalah takut robek dan dijahit. Terutama pada ibu yang pernah mengalaminya, hal ini bisa menjadikan trauma baginya saat menghadapi proses persalinan. Juga bekas dari robekan perineum ini dapat berpengaruh pada rasa sakit saat berhubungan (dispereunia) dengan pasangan.
Pijat perineum ini merupakan pijatan yang dilakukan di bagian perineum yaitu organ yang berada di antara vagina dan anus. Pijatan perineum membantu melebarkan jalan lahir bayi sehingga mampu membantu kelancaran persalinan
Waktu yang tepat untuk pijat perineum yaitu menjelang persalinan, yaitu setelah usia kandungan menginjak 34 minggu ke atas. Penelitian menunjukkan, manfaat pijat perineum akan terasa terutama jika dilakukan selama 3-4 minggu menuju persalinan.
Pijat perineum tergolong aman untuk kehamilan sehat. Namun, bukan berarti semua wanita hamil dapat menjalani dan melakukan pijat perineum.
Pada beberapa kondisi tertentu, pijat perineum tidak disarankan. Seperti wanita hamil yang menderita plasenta previa, mengalami pendarahan rahim, penderita herpes vagina, hingga preeklampsia. Pijat perineum memiliki berbagai keuntungan yang semunya bertujuan mengurangi kejadian trauma di saat melahirkan.
Keuntungannya antara lain menstimulasi aliran darah ke perineum yang akan membantu mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan. Kemudian membantu ibu lebih santai di saat pemeriksaan vagina (vaginal toucher) dan membantu menyiapkan mental ibu terhadap tekanan dan regangan perineum di kala kepala bayi akan keluar. Selain itu, menghindari kejadian episiotomi atau robeknya perineum di kala melahirkan dengan meningkatkan elastisitas perineum, meningkatkan kesehatan, aliran darah, dan relaksasi otot-otot dasar panggul, dan mempersiapkan jaringan perineum menghadapi situasi saat proses persalinan terutama pada saat kepala janin crowning perineum lebih rileks.
Pasien yang dianjurkan untuk dilakukan pijat perineum adalah wanita hamil dengan umur maksimal sekitar 30 tahun, kemudian ibu primigravida karena jaringan di vagina lebih padat dibanding multigravida. Selanjutnya pasien dengan perineum yang kaku dan wanita yang pernah dilakukan episiotomi/pelebaran jalan lahir.
Hal tersebut perlu dilakukan karena perineum yang kaku dapat menghambat persalinan Kala II yang meningkatkan resiko kematian bayi dan menyebabkan kerusakan–kerusakan jalan lahir yang luas. Perineum kaku adalah tidak elastisnya struktur sekitarnya yang menempati pintu bawah panggul di sebalah anterior dibatasi oleh simpisis pubis, di sebelah posterior oleh OS cogcigis. Keadaan demikian dapat dijumpai pada primigravida yang umurnya lebih dari 35 tahun yang lazim disebut primitua. Dengan adanya perineum kaku, robekan sewaktu kepala lahir tidak dapat dihindarkan
Pelaksanaan masase perineum membutuhkan waktu lebih kurang 5-10 menit setiap hari. Dimulai pada usia kehamilan 34 minggu sehari sekali, sampai janin lahir. Massase perineum paling efektif dilakukan untuk ibu hamil primi.
Masase perineum ini dilakukan dengan menggunakan minyak yang dilakukan oleh wanita nulipara atau pasangannya. Dalam referensi lain dijelaskan bahwa pemijatan perineum sebaiknya sudah mulai dilakukan sejak enam minggu sebelum hari-H persalinan.
Lakukanlah pemijatan sebanyak 5-6 kali dalam seminggu secara rutin. Selanjutnya, selama 2 minggu menjelang persalinan, pemijatan dilakukan setiap hari. Minggu pertama, lakukan selama 3 menit. Minggu kedua, lakukan selama 5 menit. Hentikan pemijatan ketika kantung ketuban mulai pecah dan cairan ketuban mulai keluar atau pada saat proses persalinan sudah dimulai.
Piijat perineum ini bisa dilakukan oleh dokter, bidan atau ibu yang akan melahirkan dengan pasangan sehingga tidak segan untuk melakukannya. Alat dan bahan yang disiapkan yaitu minyak yang hangat seperti minyak gandum yang kaya vitamin E, virgin coconut oil (VCO), atau pelumas dengan larutan dasar air, misalnya jelly K-Y. Jangan menggunakan baby oil, minyak larutan mineral, jelly petroleum, hand lotion, dan minyak yang beraromaJam atau penunjuk waktu untuk menghitung lamanya pemijatan, beberapa buah bantal untuk pengganjal tubuh ibu.
Bagi ibu yang melakukannya sendiri caranya adalah berdiri dengan satu kaki diangkat dan ditaruh di tepi bak mandi atau kursi. Gunakan ibu jari untuk memijat. Jika dipijat pasangan, posisi ibu sebaiknya setengah berbaring. Sangga punggung, leher, kepala, dan kedua kaki dengan bantal. Regangkan kaki, kemudian taruh bantal di bawah setiap kaki. Gunakan jari tengah dan telunjuk atau kedua jari telunjuk pasangan untuk memijat.Jika ibu merasa tegang, silahkan mandi dengan air hangat atau kompres hangat pada perineum selama 5-10 menit.
Apabila memiliki luka bekas episiotomy pada persalinan sebelumnya, maka fokuskan untuk memijat pada daerah terebut. Jaringan parut bekas luka akibat episiotomy menjadi tidak begitu elastic sehingga memerlukan perhatian yang ekstra.
Gunakan upright positions (duduk, jongkok, berlutut) atau side-lying position (berbaring) dapat mengurangi tekanan pada perineum, paling mudah menggunakan ibu jari. Bila yang melakukan adalah pasangan Anda, dapat menggunakan jari-jari telunjuk minimal selama 5-10 menit setiap hari dari umur kehamilan 34 atau 35 minggu kehamilan sampai persalinan dan berhenti pada saat ketuban pecah atau persalinan dimulai.
Pijatlah dengan gerakan bentuk huruf U lakukan pemijatan ke arah luar perineum dengan gerakan seperti proses kepala bayi pada saat akan lahir. Hindari pemijatan ke arah uretra (lubang kencing) karena akan mengakibatkan iritasi. Setelah pemijatan selesai Anda lakukan, kompres hangat jaringan perineum Anda selama kurang-lebih 10 menit. Lakukan secara perlahan dan hati-hati. Kompres hangat ini akan meningkatkan sirkulasi darah sehingga otot-otot di daerah perineum kendur.
Mungkin rasa aneh dan sakit akan dirasakan saat pertama kali melakukan pijatan perineum. Namun, jika sering dilakukan, secara perlahan rasa nyaman akan muncul. Apalagi jika pijatan ini dilakukan setiap hari dalam beberapa minggu menjelang persalinan. Jadi bagi ibu–ibu yang akan melahirkan bisa mempersiapkan diri unntuk mencoba mengikuti program perineum. (*)
Sumber : http://jateng.tribunnews.com/2018/10/24/pentingnya-pijat-perineum-bagi-ibu-hamil-jangan-berpikir-negatif-dulu?page=2