Mengupas Preeklampsi : Penyebab, Gejala dan Cara Pencegahannya
Disusun Oleh : Ns. Rinda Intan Sari, M.Kep (Dosen S-1 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang )
Meta deskripsi: Apa yang dimaksud dengan preeklampsia? Apa penyebab dan gejalanya? Bagaimana Anda bisa mencegah preeklampsia? Simak penjelasan berikut ini!
Selama masa kehamilan, Anda akan mengalami berbagai perubahan pada tubuh. Beragam komplikasi dan kondisi medis pun bisa muncul. Adapun kondisi yang perlu mendapatkan perhatian ekstra, salah satunya adalah preeklampsia.
Preeklampsia sendiri merupakan salah satu komplikasi yang bisa muncul pada pertengahan masa kehamilan—biasanya setelah memasuki minggu ke-20. Ibu hamil dengan preeklampsia akan mengalami tekanan darah tinggi, kadar protein yang tinggi di dalam urin yang mengindikasikan adanya kerusakan pada ginjal atau tanda kerusakan organ lainnya. Kondisi ini memang bisa hilang setelah persalinan, tapi tetap membutuhkan penanganan dari tenaga medis profesional.
Penyebab Preeklampsia
Penyebab pasti dari preeklampsia tidak diketahui dengan pasti. Namun, preeklampsia diyakini berasal dari masalah kesehatan plasenta, organ yang berkembang selama masa kehamilan dan bertanggung jawab atas suplai nutrisi dan oksigen ke janin. Di awal kehamilan, pembuluh darah yang baru berkembang dan berevolusi untuk memasok oksigen dan nutrisi ke plasenta.
Pada wanita yang mengalami preeklampsia, pembuluh darah ini sepertinya tidak berkembang atau bekerja dengan baik. Masalah kinerja sirkulasi darah di plasenta ini bisa menyebabkan tekanan darah pada ibu menjadi tidak teratur.
Gejala Preeklampsia
Ciri khas dari preeklampsia adalah tekanan darah tinggi, proteinuria atau tanda-tanda kerusakan ginjal dan organ lainnya. Beberapa wanita mungkin tidak memiliki gejala yang terlihat. Tapi biasanya tanda-tanda preeklampsia sering terdeteksi selama kunjungan perawatan rutin ke dokter kandungan.
Selain tekanan darah tinggi, beberapa tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kasus preeklampsia antara lain adalah:
- Kelebihan protein dalam urin (proteinuria) atau tanda lain dari masalah ginjal
- Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia)
- Munculnya masalah hati yang ditandai dengan meningkatnya enzim hati
- Sakit kepala parah
- Perubahan penglihatan termasuk penglihatan kabur atau sensitif terhadap cahaya
- Cairan pada paru-paru yang ditandai dengan sesak napas
- Sakit di perut bagian atas, biasanya di bagian bawah tulang rusuk pada sisi kanan
- Mual dan muntah.
Kenaikan berat badan dan pembengkakan atau edema adalah gejala yang umum pada kehamilan sehat. Tapi jika kenaikan bobot tubuh dan edema muncul secara tiba-tiba terutama di bagian wajah dan tangan, ini mungkin bisa jadi pertanda preeklampsia.
Pencegahan terhadap Preeklampsia
Preeklampsia yang tidak diatasi bisa menimbulkan sejumlah komplikasi baik pada ibu maupun janin yang dikandung. Beberapa komplikasi tersebut antara lain adalah eklampsia (kejang atau koma dengan tanda atau gejala preeklampsia), kelahiran prematur, masalah kesehatan pada bayi yang dilahirkan termasuk berat badan yang rendah serta masalah pada sistem pernapasan. Lalu, langkah apa yang bisa Anda lakukan untuk mencegah preeklampsia?
Obat-obatan
Bukti klinis terbaik untuk mencegah preeklampsia adalah dengan menggunakan aspirin dosis rendah. Dokter Anda mungkin akan merekomendasikan untuk mengonsumsi tablet aspirin 81 mg setelah 12 minggu kehamilan jika Anda memiliki faktor risiko preeklampsia atau memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya.
Anda disarankan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter atau bidan sebelum mengonsumsi obat, vitamin atau suplemen apa pun. Ini penting untuk memastikan keamanannya bagi Anda dan janin yang berada di dalam kandungan.
Perubahan Gaya Hidup
Jika sebelumnya Anda memiliki riwayat preeklampsia, ada baiknya Anda mulai menjaga pola hidup sehat sebelum merencanakan kehamilan yang berikutnya. Konsultasikan dengan dokter Anda tentang bagaimana cara mengelola kondisi apa pun yang Anda miliki yang bisa meningkatkan risiko preeklampsia.
Seperti yang sudah disebutkan, preeklampsia kadang muncul tanpa gejala. Karena itu, Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter selama masa kehamilan. Dengan melakukan pemeriksaan, dokter bisa mengambil langkah pencegahan terhadap risiko preeklampsia yang Anda alami agar tidak menimbulkan komplikasi yang membahayakan.