Lotus Birth, Metode Melahirkan yang Mulai Dilirik Ibu-Ibu Hamil
Oleh Kristina Maharani
Dosen STIKES Telogorejo Semarang
MELAHIRKAN dengan metode lotus birth mulai di lirik ibu-ibu hamil karena dianggap lebih alami dan membuat bayi memiliki kekebalan tubuh lebih tinggi. Namun secara ilmu kedokteran, metode ini masih dianggap kontroversi karena belum terbukti secara ilmiah.
Kelahiran Lotus jarang dipraktekkan di rumah sakit, tetapi lebih sering terjadi di pusat-pusat kelahiran dan kelahiran di rumah. Di dunia kedokteran, metode ini masih dianggap kontroversial dan belum ada penelitiannya secara ilmiah.
Metode lotus birth dapat menambah kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen, nutrisi dan antibodi.
Metode ini diyakini dapat menambah kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen, makanan dan antibodi. Plasenta bisa memproduksi antibodi hanya bila masih berada di dalam tubuh ibu.
Secara persalinan normal, ketika bayi baru lahir maka tali pusar langsung diklem (dijepit) dan dipotong, sehingga terpisah dari plasenta atau ari-ari. Bila melahirkan dengan metode lotus birth, tali pusar tidak akan diklem sehingga masih ada hubungan antara plasenta dan bayi.
Plasenta dibiarkan terhubung dengan bayi hingga akhirnya kering dan puput (terlepas) dengan sendirinya dalam 3-4 hari. Kelebihan cairan yang keluar dari plasenta, yang kemudian ditempatkan dalam sebuah mangkuk terbuka atau dibungkus kain permeabel dan disimpan di dekat bayi yang baru lahir.
Air dialirkan di sekitar plasenta untuk mengeringkannya, dan untuk menghindari berbau busuk yang terjadi. Biasanya untuk menghilangkan bau, plasenta yang sudah ditempatkan di dalam baskom atau mangkok besar dibiarkan kering dan diberi garam, bunga atau rempah-rempah yang mengeluarkan wewangian seperti lavender herbal, bubuk, seperti goldenseal atau neem.
Pemberian tersebut diharapkan untuk mempercepat pengeringan, untuk menetralkan bau dekomposisi, dan sifat antibakteri.
Budaya Lotus Birth sudah lama dilakukan di Tibet dan Zen Buddhisme untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien-hua Sen). Kepercayaan ini menganalogkan mereka masuk ke dunia secara utuh sebagai anak-anak kudus.
Referensi untuk kelahiran itu juga ditemukan dalam Hinduisme termasuk di daerah Bali atau suku Aborigin seperti kung, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.
Praktek kesehatan ini pertama kali di dunia Barat dipopulerkan oleh Jeannine Parvati Baker, penulis buku pertama tentang yoga prenatal di prenatal yoga in the West, Prenatal Yoga & Natural Childbirth. Buku itu menggambarkan pengalaman persalinannya sendiri sebanyak dua kali.
Proses persalinan tersebut diilhami nilai yoga ahimsa serta yoga pengajaran inti yang melekat dalam proses ikatan primal.
Manfaat penundaan pemotongan tali pusat dalam penelitian yang dilakukan di Swedia terhadap 400 bayi diperoleh hasil bayi-bayi yang tali pusatnya ditunda dipotong selama 3 menit memiliki kadar zat besi lebih tinggi di usia empat bulan dibandingkan dengan bayi yang tali pusatnya langsung dipotong beberapa detik pasca lahir.
Penelitian yang dimuat dalam British Medical Journal itu menyebutkan penundaan memotong tali pusat bayi selama 3 menit cukup efektif untuk mencegah anemia. Penundaan memotong tali pusat pun seharusnya dipertimbangkan sebagai standar dalam kelahiran cukup bulan.
Analisis menemukan bahwa bayi yang baru lahir pada kelompok penundaan-klem memiliki lebih besar zat besi dalam darah mereka. Jumlah zat besi dalam darah saat lahir dapat mempengaruhi kesehatan, terutama risiko seorang bayi untuk anemia pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Namun, studi ini juga menemukan bahwa bayi dalam kelompok tertunda-klem lebih rentan terhadap penyakit kuning. Banyak bayi mendapatkan bentuk ringan dari penyakit kuning saat lahir karena hati belum matang dan tidak bisa memproses bilirubin.
Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif.
Penutupan semua jaringan TIDAK terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3 jam.(*)