JAGA DIRI DENGAN KENALI REPRODUKSI SAAT REMAJA
Oleh : Widya Mariyana,S.ST.,M.Kes – Dosen S-1 Kebidanan STIKES Telogorejo Semarang
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.
Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja. Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya. Selain tertarik kepada dirinya, juga mulai muncul perasaan tertarik kepada teman sebaya yang berlawanan jenis.
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran. Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.
Keterbatasan akses dan informasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi
bagi remaja di Indonesia ’bisa dipahami’ karena masyarakat umumnya masih menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang tabu dan tidak untuk dibicarakan secara terbuka. Orang tua biasanya enggan untuk memberikan penjelasan masalah-masalah seksualitas danreproduksi kepada remajanya, dan anak pun cenderung malu bertanya secara terbuka kepada orang tuanya.
BAGAIMANA CARA KITA MENJELASKAN TENTANG SEKSUALITAS?
Memberikan pendidikan life skill, menunda pernikahan dan kehamilan semasa
remaja dan cegah HIV dan AIDS serta memberikan informasi yang benar merupakan upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat, mengingat remaja adalah kelompok usia yang tergolong sangat rawan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan kecakapan hidup sehat.
APA SAJA HAK-HAK REMAJA TERKAIT DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI?
Selain kebutuhan-kebutuhan tersebut, remaja juga memiliki hak-hak mendasar terkait
kesehatan reproduksinya. Hak-hak itu juga harus terpenuhi sebagai kebutuhan dasar
mereka. Hak-hak itu adalah :
- Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali remaja, untuk terbebasdari resiko kematian karena kehamilan, khususnya bagi remaja perempuan.
- Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal ini adalah perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan kesinambungan.
- Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja dan setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan-pilihan mereka.
- Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan kesejahteraan perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi dan pendidikan Kesehatan reproduksi yang memadai tersebut.
- Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat, terbebas dari penafsiran ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos-mitos, dan filosofi yang dapat membatasi kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual.
- Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah kesehatan reproduksi menjadi prioritas kebijakan negara.
- Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama bagi anak-anak dan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari eksploitasi, pelecehan, perkosaan, penyiksaan, dan kekerasan seksual.
- Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak mendapatkan pelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan dapat diterima.
- Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
- Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini berarti setiap individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk kehidupan keluarga, reproduksi, dan seksual.
- Hak untuk memilih bentuk keluarga. Artinya, mereka berhak merencanakan, membangun, dan memilih bentuk keluarga (hak untuk menikah atau tidak menikah).
- Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur kehidupan seksual dan reproduksinya, sehingga tidak seorang pun dapat memaksanya untuk hamil, aborsi, ber-KB dan sterilisasi.
APA SAJA MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA?
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan berdampak
pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan seksualitas terintegrasikan kedalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah diupayakanoleh sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non pemerintah (NGO), dan jugaPemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan Nasional), untuk memasukkanseksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi Remaja’; namun hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem riil yang dihadapi remaja.
Faktanya, masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak
dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Perkosaan.
2. Free sex.
3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD).
4. Aborsi.
5. Perkawinan dan kehamilan dini.
BAGAIMANA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA?
Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi perempuan dan laki-laki menggunakan pendekatan siklus kehidupan. Berdasarkan masalah yang terjadi pada setiap fase kehidupan, maka upaya-upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja sebagai berikut :
1. Gizi seimbang.
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi.
3. Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.
4. Pencegahan terhadap ketergantungan NAPZA.
5. Pernikahan pada usia wajar.
6. Pendidikan dan peningkatan ketrampilan.
7. Peningkatan penghargaan diri.
8. Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman. Perlu diingat bahwa diri kita sendiri yang bertanggung jawab terhadap organ reproduksi kita, mari jaga dan sayangi organ reproduksi kita mulai sejak dini agar terhidar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sumber gambar :