PENTINGNYA MINUM AIR PUTIH DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT BATU GINJAL
Disusun Oleh : Ns. Siti Nafisah, M.Kep ( Dosen S-1 Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang )
Batu Ginjal merupakan masalah klinis umum di seluruh dunia. Pada dasarnya adalah pembentukan batu di ginjal (nefrolitiasis), ureter (ureterolitiasis), atau kandung kemih (cystolithiasis) melalui peristiwa fisikokimia berturut-turut berupa supersaturasi, nukleasi, agregasi, dan akhirnya retensi (Shah & Bhave, 2018). Batu terbentuk sebagai hasil pengendapan kristal di ginjal, dan kristal terbentuk dari komponen seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, kalsium karbonat, magnesium-amonium fosfat, asam urat, dan sistein (Johnson et al., 2020).
Prevalensi batu ginjal merupakan masalah global yang mempengaruhi semua wilayah geografis di seluruh dunia. Prevalensi perkiraan tahunan adalah 3-5% dan perkiraan prevalensi seumur hidup adalah 15-25%. Nefrolitiasis cenderung berulang pada sebagian besar pasien batu ginjal. Tingkat kekambuhan batu ginjal adalah sekitar 10% pada tahun-1, 50% selama periode 5-10 tahun dan 75% selama periode 20 tahun. Tingkat kejadian nefrolitiasis bervariasi menurut wilayah geografis suatu negara. Angka kekambuhan batu ginjal pada pasien setelah kejadian pertama kali adalah 14% pada tahun pertama, 35% pada tahunke-5 dan 52% pada tahun ke-10 (Han et al., 2015).
Terdapat beberapa faktor yang mungkin menjelaskan hubungan antara cuaca hangat dan risiko batu ginjal. Salah satunya adalah dehidrasi. Air minum adalah nutrisi yang penting. Tubuh memerlukan konsumsi air mineral satu hingga dua setengah liter atau sama dengan 6 sampai 8 gelas sehari.
Minum air yang cukup dan mencukupi bagi tubuh yang dapat membantu proses pendampingan, pendampingan pangan dan pendampingan fisik (Asmadi, dalam Prasetyowati, 2014). Air termasuk sebagai nutrisi, tetapi ada kecenderungan di masyarakat untuk menjalankan perannya dalam memproteksi kesehatan manusia (Yuan & Larsson, 2022). Asupan air yang tinggi merupakan rekomendasi yang disepakati secara luas untuk mengurangi kemungkinan pembentukan batu dan kekambuhan batu. Pembentukan batu saluran kemih meningkat secara signifikan ketika volume urin yang dikeluarkan di bawah 1 L/hari (Clark et al., 2017). Volume urin yang melebihi 2 hingga 2,5 L setiap hari dapat mencegah terulangnya batu pada pasien yang sebelumnya terkena dampak (Johnson et al., 2020). Oleh karena itu, fokus kami saat ini adalah untuk mempelajari volume asupan air harian oleh pasien dengan KSD dan untuk mengidentifikasi apakah orang-orang di wilayah geografis tertentu di Benggala Barat jauh lebih rentan terhadap batu ginjal dan apakah kualitas air minum bertanggung jawab atas prevalensi tersebut.
Dalam kesimpulan, tidak kecukupan konsumsi air putih dapat meningkatkan risiko terjadinya batu ginjal. Dehidrasi dapat mempengaruhi pembentukan batu ginjal. Penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, seperti meningkatkan asupan cairan dan mengurangi konsumsi garam, untuk mengurangi risiko batu ginjal.
Daftar Pustaka
Clark, W. F., Huang, S. H., Garg, A. X., Gallo, K., House, A. A., Moist, L., Weir, M. A., & Sontrop, J. M. (2017). The chronic kidney disease water intake trial: Protocol of a randomized controlled trial. Canadian Journal of Kidney Health and Disease, 4.
Johnson, E. C., Huffman, A. E., Yoder, H., Dolci, A., Perrier, E. T., Larson-Meyer, D. E., & Armstrong, L. E. (2020). Urinary markers of hydration during 3 – day water restriction and graded rehydration. European Journal of Nutrition, 59(5), 2171–2181.
Shah, S. R., & Bhave, G. (2018). Using electrolyte free water balance to rationalize and treat dysnatremias. Frontiers in Medicine, 5(APR).
Yuan, S., & Larsson, S. C. (2022). Coffee and Caffeine Consumption and Risk of Kidney Stones: A Mendelian Randomization Study. American Journal of Kidney Diseases, 79(1), 9-14.e1.
Lulus Kuliah Langsung Kerja ?
Jelas STIKES Telogorejo Semarang
Salam Sehat – ICARE